Sejarah Desa

Asal Usul Sejarah Desa Bandar; Berawal pada tahun 1628, saat terjadinya perlawanan antara Kesultanan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung melawan VOC (Vereenigde Oostindsiche Compagnie) mengalami kekalahan. Beberapa pasukan kemudian melarikan diri dan menetap di sebuah hutan. Hutan kemudian dibuka untuk dijadikan tempat tinggal, setelah cukup lama dan banyak penduduk yang berdatangan hutan itu kemudian dijadikan sebagai desa. Desa ini kemudian diberi nama "Bandar" yang memiliki arti "Pelabuhan". Nama tersebut diberikan karena diyakini bahwa desa jika dilihat dari bawah terlihat seperti kabut melebar dan terlihat seperti sebuah lautan

Pada tahun 1927, Desa Bandar mulai diakui oleh Pemerintahan Belanda. Di tahun tersebut, telah dimulai penempatan pemimpin sebuah desa. Kepala Desa Bandar pertama adalah Mbah Jayakartono. Sejak saat itu, kepala desa terus berganti. Setelah Mbah Jayakartono, kepala desa berganti menjadi Mbah Si'Ud dan Mbah Marjono. Memasuki masa Agresi Militer di tahun 1945, terjadinya kekosongan dalam pemerintahan desa, kemudian Belanda membuat pemerintah desa yang disebut "RI COMBA". Pemerintahan RI COMBA desa dipimpin oleh Lurah Moch. Sa'ad yang ditunjuk oleh Belanda. Setelahnya, pemerintah desa berganti menjadi Lurah H. Zen. Saat Indonesia berada di masa Orde Baru di tahun 1966, pemerintah menjalankan "Pemerintahan Kentaker" di masa itu pemerintahan desa melakukan sentralisasi dengan mengangkat Kepala Desa melalui pengangkatan pemerintah pusat, Lurah Wasmad dipilih menjadi kepala desa bandar di tahun itu.

Ketika negara berada dalam kondisi siaga di tahun 1978 karena terjadinya pemberontakan di beberapa daerah yang ada, pemerintahan desa Bandar dipimpin oleh seseorang dari unsur militer yaitu Lurah Syamhari Qohar. Dengan selesainya masa jabatan Lurah Syamhari Qohar di tahun 1991, pemilihan kepala Desa Bandar kembali dipimpin oleh putra daerah, yaitu Lurah Ahmat Basori. Ia memimpin selama dua periode hingga tahun 2007. Pemilihan kepala desa mulai dilakukan secara langsung oleh masyarakat pada tahun 2005. di tahun 2008, kepemimpinan kepala desa bandar dilakukan melalui pemilu dengan terpilihnya Lurah Mohamad Ja'far. Sejak tahun 2019 hingga saat ini, Desa Bandar dipimpin oleh Lurah Wahyudin S. Pd. l

Secara Kronologi Waktu

Tahun Peristiwa
1628 perlawanan Kesultanan Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung melawan VOC, mengalami kekalahan. Beberapa pasukan melarikan diri dan menetap di sebuah hutan.  Hutan kemudian dibuka untuk dijadikan tempat tinggal, setelah cukup lama dan banyak penduduk yang berdatangan hutan itu kemudian dijadikan sebuah desa. Desa ini kemudian diberi nama “Bandar” yang memiliki arti “Pelabuhan”. Nama tersebut diberikan karena diyakini bahwa desa jika dilihat dari bawah terlihat seperti kabut yang melebar dan terlihat seperti sebuah lautan. 
1927 Desa Bandar mulai diakui oleh pemerintahan Belanda. Di tahun tersebut, telah dimulai penempatan pemimpin sebuah desa. Kepala Desa Bandar pertama adalah Mbah Joyo Kartono. Kepala desa terus berganti setelahnya. Setelah Mbah Jayakartono, kepala desa berganti menjadi Mbah Si’ud dan Mbah Marjono. 
1945 Memasuki masa Agresi Militer, terjadinya kekosongan dalam pemerintahan desa, kemudian Belanda membuat pemerintahan desa yang disebut “COMBA”. Pemerintahan COMBA desa dipimpin oleh Lurah Moch. Sa’ad yang ditunjuk oleh Belanda. Setelahnya, pemerintah desa berganti menjadi Lurah H. Zen. 
1966 Saat Indonesia berada di masa Orde Baru, pemerintah menjalankan “Pemerintahan Kentaker” di masa itu pemerintahan desa melakukan sentralisasi dengan mengangkat Kepala Desa melalui pengangkatan pemerintah pusat, Lurah Wasmad dipilih menjadi kepala desa bandar di tahun itu. 
1978 Saat negara berada dalam kondisi siaga karena terjadinya pemberontakan di beberapa daerah, pemerintahan desa Bandar dipimpin oleh seseorang dari unsur militer yaitu Lurah Syamhari Qohar. 
1992 Dengan selesainya masa jabatan Lurah Syamhari Qohar di tahun 1991, pemilihan kepala Desa Bandar kembali dipimpin oleh putra daerah, yaitu Lurah Ahmat Basori. Pak Ahmat Basori memimpin selama dua periode hingga tahun 2007. 
2008 Pemilihan kepala desa mulai dilakukan secara langsung oleh masyarakat, pada saat itu Desa Bandar dipimpin oleh Lurah Mohamad Ja’far.
2019

Sejak tahun 2019 hingga sekarang ini, Desa Bandar dipimpin oleh Lurah Wahyudin S. Pd. I.